Dampak kenaikan nilai tukar dolar AS terhadap rupiah tak selalu merugikan. Di Kabupaten Garut, para petani kopi untuk karena harga ekspor mengalami peningkatan dibanding harga normal.
Para petani kopi di Kecamatan Bayongbong, merasakan keuntungan berlipat kala Dolar AS mengamuk. Enung (33) salah seorang pemilik pabrik pengolahan kopi mengatakan, harga ekspor naik 30%.
“Kalau dolar naik kami dapat keuntungan, karena berdasarkan MoU, ekspor menyesuaikan dolar,” kata Enung kepada wartawan di pabriknya, Jalan Raya Bayongbong-Garut, Kecamatan Bayongbong, Senin (10/09/2018).
Para petani biasanya menjual kopi Garut jenis preanger java biji hijau dan kuning seharga Rp 120 ribu per kilogram. Saat ini mereka menjual dengan harga Rp 150-160 ribu.
“Sekarang harganya sekitar Rp 150 ribu per kilogram,” ungkapnya.
Kenaikan nilai tukar dolar AS itu berdampak terhadap penghasilan para petani kopi tiap bulannya. Enung mengatakan, sejak nilai tukar dolar AS menguat, ia mendapat keuntungan hingga puluhan juta per bulannya.
“Rp 30 juta rupiah per sekali panen,” katanya.
Para petani kopi dari Garut sendiri belakangan ini kerap mengekspor hasil pertaniannya ke berbagai negara. Yang terbaru, petani mengekspor kopi Garut jenis arabica ke Taiwan. Rencananya, dalam waktu dekat ini, para petani kopi Garut juga akan mengekspor kopi ke Singapura, Australia hingga Ukraina.
