Jawa Barat memang bukan provinsi penghasil biji kopi terbanyak di Indonesia. Namun pada beberapa daerah dikenal sebagai produsen kopi berkualitas dan bercitarasa tinggi.
Hal itu dibuktikan saat kopi jenis arabika produksi petani di Jabar menjadi jawara saat event Specialty Coffee Association of America Expo di Atlanta, Amerika Serikat, pada April 2016 lalu.
Pemerintah Provinsi Jabar pun terus melakukan upaya untuk memaksimalkan potensi para petani agar menghasilkan kopi yang unggul. Salah satunya mendorong penanaman kopi organik atau menggunakan pupuk non kimia yang memiliki nilai jual lebih premium.
“Kalau bicara potensi ya kopi organik ini besar sekali ya potensinya,” ujar Kepala Dinas Perkebunan (Disbun) Jawa Barat, Dody Firman Nugraha.
Dody mengatakan penanaman kopi organik ini baru dilaksanakan oleh petani sejak tiga tahun ke belakang. Di mana saat ini terdapat 10 persen dari sekitar 60 ribu hektar perkebunan kopi di Jabar yang sudah memanfaatkan pupuk organik.
Sebagai upaya optimasi, Disbun Jabar membagikan sejumlah hewan ternak seperti domba kepada kelompok petani binaan. Dari kotoran hewan ternak tersebut maka akan dimanfaatkan untuk menjadi pupuk.
“Ternaknya sekarang sudah berjalan, sekarang sudah mendekati 100 ekor domba dalam kurun waktu 1 tahun ke belakang dari awal hanya 30 domba,” katanya.
Pada tahun ini, pihaknya kembali akan memberikan hewan ternak kepada sejumlah kelompok tani yang bergerak pada kopi organik. Karena itu, pihaknya pun akan melaksanakan pelatihan ternak kepada beberapa kelompok tani di Jabar, salah satunya di Garut. Sejumlah domba tersebut nantinya akan diberikan kepada mereka.
“Sekarang kurang lebih 30 ekor domba. Memang tidak banyak,” ucapnya.
Dody menyampaikan, dalam melaksanakan pelatihan ternak untuk memaksimalkan potensi kopi organik tersebut tidak harus menggandeng Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Jabar.
“Tapi dalam urusan kesehatan hewan ternak itu DKPP harus terlibat langsung,” ucapnya.
Adapun dinamika di lapangan, masih banyak petani yang belum menyadari bahwa kopi organik memiliki nilai yang lebih besar di pasar. Karena itu penyuluhan akan terus dilakukan, di mana hal tersebut dilakukan agar petani memahami untungnya menanam kopi organik.
“Kita coba buka wawasannya petani, ke depan produk pertanian dengan produk natural itu tentunya itu akan diminta oleh konsumen,” katanya.