Kawasan kaki Gunung Wilis Jawa Timur memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi industri kopi. Karenanya pemerintag daerah Trenggalek menggelar festival kopi.
Festival Kopi Trenggalek diikuti oleh para pengusahapengolahan dan pertanian kopi yang ada di lingkar Wilis seperti Trenggalek, Tulungagung, Kediri dan sekitarnya. Berbagai metode dan cara pengolahan serta penyajian dikenalkan kepada masyarakat luas, mulai dari yang tradisional hingga modern.
Bupati Trenggalek, Emil Elestianto Dardak, mengatakan wilayah lingkar Gunung Wilis yang meliputi Trenggalek, Tulungagung, Kediri, Nganjuk, Madiun, Ponorogo dan beberapa daerah sekitarnya memiliki potensi sumbar daya alam berupa kopiyang telah ada sejak zaman Belanda.
Cita rasa yang khas menjadi hal yang menarik untuk dinikmati. Di Trenggalek misalnya, kali ini sedang digalakkan pengenalan kopi Vann Dilem , kopi yang berasal dari lereng Wilis di kecamatan Bendungan. Kopi warisan Belanda ini sempat nyaris punah, namun kini mulai dibangkitkan kembali.
Selain itu juga ada kopi Sendang Tulungagung. Kopi dari lereng Wilis sisi tenggara tersebut mulai dikelola secara profesional dengan mendapatkan pendampingan dari para ahli kopi.
Dalam Fesvital Kopi ini juga digelar beberapa kegiatan untuk meningkatkan kapasitas dan ketrampilan para penyaji kopi melalui kompetisi manual brewing V60. Kompetisi ini diikuti oleh para barista di eks Karesidenan Kediri.
“Ini adalah salah satu upaya untuk mengenalkan budaya inovasi mulai hulu hingga hilir dari industri kopi itu sendiri. Terlebih Trenggalek merupakan tuan rumah dari taman teknologi pertanian di kawasan Mataraman untuk kopi dan sapi perah,” kata Emil, Minggu (21/10/2018) malam.
Diharapkan dengan berbagai kegiatan di bidang industri kopi tersebut mampu menggugah pelaku usaha dibidang kopi lokal di Trengglek. Diharapkan mereka melakukan inovasi, sehingga produk yang dihasilkan memiliki nilai ekonomi yang lebih baik.
Pihaknya optimistis, perkembangan industri kopi lokal akan berdampak langsung terhadap peningkatan potensi wisata di daerah sekitarnya. Untuk mendukung itu pemerintah terus berupaya menggenjot pembangunan terutama akses jalan di kawasan kali Gunung Wilis.
“Alhamdulillah untuk sektor Trenggalek mulai dari batas Tulungagung dan Ponorogo jalannya tahun ini sudah bagus. Kami punya komitmen dengan daerah sekitar untuk bersama-sama memajukan lingkar Wilis ini,” ujar Emil.
Ditambahkan, selain kaki lereng WIlis, beberapa daerah pegunungan di pesisir selatan Trenggalek juga berpotensi menjadi pusat pengembangan perkebunan kopibaru di wilayah Mataraman. Bahkan beberapa petani mulai melakukan penanaman kopi.
Namun, potensi besar tersebut bukan berarti tanpa halangan. Perjuangan membangkitkan produksi kopi lokal saat ini ternyata perjuangan ekstra. Karena saat ini banyak perkebunan kopi yang telah tua, sehingga perlu mendapatkan peremajaan.
“Selain itu kemampuan para petani kopi juga masih sangat rendah, sehingga dibutuhkan proses pendampingan dari para pakar maupun ahli di bidang kopi. Kami terus melakukan proses pendampingan itu di beberapa wilayah seperti Bondowoso, Jember, kemudian Sendang Tulungagung. Nah ke depan ini akan kami kembangkan lagi termasuk di Trenggalek dan Wonosalam,” kata Kepala Bank Indonesia Jawa Timur Difi Ahmad Johansyah.
Pihaknya menilai industri kopi akan memiliki masa depan yang cerah, karena jumlah peminat kopi di Indonesia maupun dunia terus mengalami perkembangan yang cukup pesat.
Di Jawa Timur sendiri sektor perkopian juga terus mengalami perkembangan yang menggembirakan, bahkan Kabupaten Bondowoso telah memproklamirkan diri sebagai republik kopi atau sentra kopi terbesar di Jawa Timur.
Sumber : Detik Food