Berkunjung ke Danau Toba, Sumatera Utara, belum lengkap jika belum memadukan keindahan alamnya dengan kenikmatan secangkir kopi Lintong. Kopi Arabika Lintong, atau biasa disebut kopi Lintong, merupakan salah satu dari tiga brand kopi arabika terkenal di dunia yang ditanam di Pulau Sumatera. Kopi lainnya adalah Mandheling dan Gayo. Di kalangan pencinta kopi, nama kopi Lintong sudah tidak asing lagi. Kopi arabika yang beraroma khas, keasaman yang konsisten, spicy, herbal, rempah serta kacang atau cokelat, ini berasal dari Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas), Simalungun, Toba Samosir, dan kabupaten-kabupaten lainnya diseputar Danau Toba.
Sejarah Kopi Lintong
Kopi Arabika ditanam pertama kali di pulau Sumatera pada tahun 1888 di pegunungan Bukit Barisan dekat Danau Toba. Lokasi penanaman kopi terbesar di Sumatera Utara pada masa itu adalah di Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan.
Daerah penanaman Kopi Arabika Lintong yang berada di Kabupaten Humbang Hasundutan adalah di Kecamatan Lintong Nihuta (1400 – 1450 mdpl), Kecamatan Dolok Sanggul (1450 – 1600 mdpl), Paranginan (1400 mdpl), Pollung (1000 – 1400 mdpl) dan Onan Ganjang (1000 – 1400 mdpl).
Nama Kopi Lintong diambil dari nama kecamatan Lintong Nihuta. Kopi Lintong bukan nama varietas kopi tetapi merupakan merek dagang di perdagangan internasional untuk kopi yang berasal dari Humbang Hasundutan, Sumatera Utara.
PETA PROVINSI SUMATERA UTARA
KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN
Varietas Kopi Lintong
Sekitar tahun 1988 ditemukan varietas lokal unggul dari Kecamatan Paranginan yaitu varietas kopi arabika yang sering disebut dengan Sigarar Utang. Pertama kali ditemukan Dusun Batu Gajah, Desa Paranginan Utara, Kecamatan Lintong Nihuta yang merupakan varietas kopi arabika endemik dari Sumatra Utara.
Varietas Sigarar Utang ini diperkirakan sebagai hasil dari perkawinan silang alam antara varietas Typica (Lasuna) dengan Catimor.
Untuk daerah Onan Ganjang merupakan persilangan alami Lini S-795 dan Bourbon di Lintong (1980). Menghasilkan varietas dengan konsistensi yang lebih baik (pada rasa, produktifitas dan resistensi pada penyakit).
“Catatan : Lini S-795. Persilangan (back cross) Lini S-288 dan Kent (1940 di India, 1955 ke ICCRI Jember)”
Varietas Sigarar Utang pun menjadi varietas yang diakui secara nasional melalui Surat Keputusan Mentan No: 205/Kpts/SR.120/4/2005. Kopi Lintong Arabika Sumatera kini sudah dipatenkan melalui penerbitan sertifikat Indikasi Geografis (IG) No ID G 000000063 dari Kementerian Hukum dan HAM RI pada tanggal 12 Februari 2018.
Karakteristik Varietas Sigarar Utang
- Tipe pertumbuhan semikatai, ruas cabang pendek, tajuk rimbun menutup seluruh permukaan pohon sehingga batang pokok tidak tampak dari luar.
- Percabangan sekunder sangat aktif bahkan cabang primer diatas permukaan tanah membentuk kipas berjuntai menyentuh
- Daun tua berwarna hijau tua, daun muda (flush) berwarna coklat kemerahan. Apabila ditanam tanpa naungan, tepi daun bergelombang dan helaian daun mengatup keatas. Apabila dilihat sepintas, bentuk daun panjang meruncing dan tepi daun bergelombang.
- Buah muda berwarna hijau sedangkan buah masak berwarna merah cerah, bentuk buah bulat memanjang berukuran besar.
Proses pengolahan Basah
Proses penggilingan basah (Wet Hulling) adalah metode kopi hibrida yang digunakan di banyak wilayah di Indonesia terutama Sumatera.
Pengolahan Kopi Lintong menggunakan metode giling basah (Wet Hulling) yang melibatkan dua kali proses pengeringan.
Setelah buah kopi dipetik, kulit terluar kopi dikupas dengan menggunakan mesin pulping dan dikeringkan dengan menggunakan sinar matahari sehingga kelembaban kopi mencapai 35 % – 40 %.
Pengeringan dilakukan di hamparan sinar matahari dengan tujuan untuk memisahkan kulit tanduk dan kulit ari dari kopi.
Pada proses pengeringan terakhir setelah gabah di hulling, kopi dikeringkan dengan menjemurkan di sinar matahari kembali. Sehingga kelembaban terakhir dari kopi mencapai 12 %-13 %
Biji kopi inilah yang disebut green bean yang siap disortir, di grading dan siap di eksport. Kopi yang dihasilkan kopi gelap berwarna hijau opal dengan kulit silversik yang melekat pada kopi.
Area Geografis | : | Pegunungan Bukit Barisan dekat Danau Toba Sumatera Utara di Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan. |
Ketinggian | : | 1000 mdpl – 1600 mdpl, andosol, tanah vulkanik yang subur, iklim basah, dan sangat dekat degan garis khatulistiwa. |
Jenis Pengolahan | : | kebanyakan prosesnya adalah giling basah (wet hulling) yang umumnya dimiliki oleh petani kecil. |
Sistem Penanaman | : | Sebagian besar sistem pertanian non-organik dan sedikit sistem organik, ditanam di bawah pohon penaung seperti lamtoro, alpokat, albasia (sengon) dll. |
Masa Panen | : | April – Juli dan Oktober – Januari. (Dua kali dalam setahun) |
Cupping Notes | : | Aroma yang sangat baik dan rasa kopi yang kompleks, keasaman yang sedang dan ketebalan biji. Beraroma khas; spicy, herbal, rempah serta kacang atau cokelat. |